CERPEN
KEAJAIBAN PADA
PONSEL MIMO
Oleh: M. Syaifudin
Hari ini Mimo gelisah sekali. Dia kelihatan
murung, kusut seperti baju yang tidak pernah mencium setrika berminggu-minggu.
Bukan karena hasil ulangannya yang pas-pasan. Soal itu, dia tidak pernah
kecewa, enjoy saja. Bukan pula karena Rara, teman sekelasnya yang selalu cuek
kepadanya. Padahal, dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk pedekate sama
cewek pintar itu. Tetapi, tetap saja dicuekin. Bukan juga karena uang sakunya
tipis. Kantongnya selalu tebal. Sayang, manajemen keuangannya amburadul. Lalu, apa yang membuat dia sampai keki
setengah mati seperti itu? Pasti ada sesuatu.
Ternyata yang membuat dia kelimpungan sampai
kering seperti itu adalah ponselnya yang butut. Dia malu kepada teman-temannya
yang semuanya anak orang tajir. Dia merasa dijauhi. Padahal, dia sendiri yang
menjauh dari mereka. Memang, ponsel
teman-temannya bagus-bagus. Semuanya berlevel high end. Berfitur canggih,
kamera, flash, media player, memori besar, komplet. Semua ada. Sedangkan ponsel
Mimo, fiturnya itu-itu saja. Game-nya ular-ularan, layar monokrom, yang itu
saja sudah buram. Apalagi, baterainya suka drop. Tak heran dia sering
uring-uringan gara-gara ponsel yang seharusnya masuk museum itu.
Ironis sekali. Mimo anak orang berada yang
levelnya menengah ke atas. Dua mobil mewah selalu menghiasi garasi rumahnya
yang megah bak keraton itu. Tapi, giliran urusan ponsel, dia tidak ada
apa-apanya dibanding teman-teman. Setelah Pulang sekolah Mimo komplain kepada
papanya perihal ponsel butut itu. Dia meminta dibelikan ponsel baru. Tetapi,
papanya selalu menolak.
“Buat apa kamu ingin ponsel baru? Kan yang itu masih bisa
digunakan,” Kata Papanya. “Lagian, kamu masih SMA. Yang penting masih bisa
telepon dan SMS. Sebaiknya, sisihkan sedikit uang jajan kamu. Papa memberi uang
jajan lebih dari cukup,” Lanjut sang Papa.
Papanya juga memberikan tawaran bagus. Jika
Mimo bisa ranking pertama di kelas atau minimal tiga besar, papanya janji akan
membelikan ponsel baru. Mimo kaget setengah mati mendengar syarat papanya. Bagi
dia, itu adalah syarat yang berat, sangat berat malah. Masuk tiga besar nilai
terbaik di kelas adalah pekerjaan yang tidak mudah. Jangankan tiga besar,
apalagi ranking pertama, masuk sepuluh besar saja belum pernah dirasakan. Mimo
tahu siapa dirinya, bagaimana sepak terjang dan kiprahnya di kelas mengenai
pelajaran. Dia memang ganteng, keren, dan tajir. Tapi, soal otak, dia tidak
encer-encer amat. Dia mengakui hal itu. Dia masih kalah jauh dengan Hadi, teman
sekelasnya yang jago MIPA. Apalagi dengan Rara, cewek yang selalu diimpikan,
tapi tak pernah ditanggapi. Mimo kalah jauh. Jauh sekali.
“Ah, Papa payah! Tega banget sama anak sendiri!” sergah Mimo
sambil ngeloyor pergi ke kamarnya di lantai atas.
Mimo kesal sekali. Dia terlihat begitu
menderita. Harus masuk tiga besar nilai terbaik di kelas, itu alamat kalau dia
tidak bakalan mempunyai ponsel baru. Kalau sudah begini, biasanya dia akan
membenamkan diri dalam-dalam di bawah bantal dan selimut yang tebal. Inilah
nilai plus Mimo. Meskipun anak orang kaya, dia termasuk anak yang jinak. Tak
suka hura-hura. Kalau lagi suntuk begini, dia lebih suka menyendiri di kamar.
“Tit... Tit... Tit...” Tengah malam ponsel
Mimo berdering. Dia terkejut oleh vibrasinya. Meski butut, tanda getarnya masih
berfungsi baik. Dengan masih setengah tidur, dia mengambil ponsel yang ternyata
tertindih badan itu. Layarnya yang berwarna kuning pudar itu menyala. Tak ada
pesan diterima ataupun missed call. Aneh. “Lalu, kenapa berdering? Apa aku
bermimpi ?” Pikir Mimo. Sambil mengucek-kucek mata, Mimo kembali pelototi
ponselnya. Kali ini dengan kesadaran penuh. Tapi, masih dengan posisi
telentang. Benar, memang tak ada pesan diterima ataupun missed call. Tetapi,
dia menemukan suatu hal aneh. Ada tulisan terpampang di layar ponsel. Jelas itu
bukan pesan dari teman. Sebab, tulisan itu terletak di standby mode. Dia yakin
tulisan itulah yang membuat ponselnya berdering. Welcome to your new phone
system! Begitulah tulisan itu tereja. Ukuran
font-nya kecil, tercetak miring dengan model huruf digital. Persis seperti
model huruf pada kalkulator, tapi lebih kecil. Tulisan itu terus berkedip.
Mimo tahu betul apa arti tulisan itu.
Tetapi, dia tidak paham apa yang dimaksud. Yang membuat lebih heran, layar
ponselnya jadi bersih dari tulisan lain. Tak ada tulisan, kecuali tulisan itu.
Tak ada logo operator dan jaringan otomatis. Indikator kekuatan sinyal dan
level pengisian baterai juga tak tampak. Modus standby ponselnya hanya terisi
tulisan itu. Aneh.
Belum hilang rasa heran, tangan Mimo serasa
tertarik menekan tombol option. “Tuts,” terdengar ibu jarinya menekan tombol.
Tiba-tiba TV berukuran home theater di hadapannya menyala. Menyuguhkan film
action yang dibintangi Jean Claude van Damme. Dia terkejut sehingga yang tadi
telentang sekarang menjadi terduduk. "Apa lagi ini?" tanpa sadar
mulutnya bergumam sendiri. Dia yang masih melongo antara terkejut dan heran
mengalihkan pandangan dari TV ke ponsel yang dipegang. Tulisan di ponsel
berubah. Namun, tetap dengan ukuran font dan huruf seperti tadi.
Congratulations!
Mimo semakin heran. Dia merasa seperti
terbang di dunia lain. Entah di mana. Dia bertanya-tanya dalam hati. Mengapa TV
menyala sendiri setelah menekan salah satu tombol di ponselnya? Apa dia bisa
mengoperasikan TV dengan ponsel? Apa itu yang dimaksud new phone system?. Mimo
masih belum tahu jawabannya. Tapi, dia semakin tertarik untuk menekan
tombol-tombol di ponselnya. Dia mencoba menekan angka 2 pada tombol yang ada di
ponselnya.”Tuts”. Benar, tiba-tiba channel TV-nya berubah menjadi channel 2
yang menampilkan acara sepak bola. Sebenarnya, dia adalah maniak bola sejati.
Tapi, saat ini bukan waktu yang tepat untuk menikmati bola. Dia masih penasaran
dengan ponsel "baru" itu. Ternyata memang benar, ponselnya bisa menjadi
remote TV.
Dia biarkan TV menyala. Rasa penasarannya
begitu besar. Iseng-iseng dia kembali menekan tombol options. Kali ini
diarahkan ke AC yang terpasang di dinding tepat di atas TV. “Tiit. Brrrrr....”
AC seketika menyala dan menyemburkan udara dingin ke seluruh ruang. Mimo
semakin bersemangat. Tape recorder besar berukuran 900 watt pun tak luput dari
eksperimen dadakannya. Diputarnya tape itu keras-keras dengan lagu-lagu
beraliran rock kesukaannya.
Mimo menyeringai puas. Tapi, itu belum
cukup. Dia masih bersemangat untuk mencoba. Bukan hanya barang-barang
elektronik, tapi semua barang bisa dikendalikan. Kini giliran lampu belajar.
‘Tuts” Seketika lampu belajarnya melayang, membentur tembok, dan hancur. Lampu
gantung yang terkait di atas kamar tidurnya mengalami hal serupa. Tapi, dengan
modus berbeda. Bola kaki yang dari tadi diam di atas lemari menjadi instrumen
membombardir lampu gantung itu. Sekali tekan tombol, bola kaki yang berada
dalam jarak empat meter darinya itu seketika bereaksi. Menggelinding, jatuh ke
lantai, memantul, dan akhirnya terbang menghantam lampu gantung hingga hancur
berantakan. Mimo tertawa puas sambil memicingkan mata. Masih ada barang-barang
lain yang belum dicoba. Komputer, printer, scanner, dan seperangkat alat lain
masih tegak berdiri. Tapi, kali ini Mimo ragu melanjutkan aksinya. Sayang kalau
komputer mahal itu menerima nasib seperti pendahulunya.
Akhirnya dia menyudahi petualangan gila itu.
Hasilnya sungguh luar biasa. Kamar luas nan mewah berukuran 6x5 meter itu
berhasil disulap menjadi laboratorium eksperimen. Beberapa barang menjadi
kelinci percobaan. Bekasnya berserakan di mana-mana. Lampu gantung, lampu
belajar, hancur berantakan di lantai. Kertas-kertas berserakan. AC, TV, dan
tape recorder masih menyala. Tapi, suaranya kacau. Kamar mewah itu kini tak
ubahnya seperti kapal pecah.
DRAMA
KEAJAIBAN
PADA PONSEL MIMO
Oleh:
M. Syaifudin
Pada suatu hari . Terlihat seorang anak
laki-laki yang sedang gelisah. Anak laki-laki itu, bernama Mimo. Dia kelihatan
murung, kusut seperti baju yang tidak pernah mencium setrika berminggu-minggu.
Bukan karena hasil ulangannya yang pas-pasan. Soal itu, dia tidak pernah
kecewa, enjoy saja. Bukan pula karena Rara, teman sekelasnya yang selalu cuek
kepadanya. Padahal, dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk pedekate sama
cewek pintar itu. Tetapi Mimo tetap saja dicuekin.
“Rara?,”
Ucap Mimo mendekati Rara
“Apansih
kamu ?,” Jawab Rara dengan cuek dan langsung meninggalkan Mimo
Dan
bukan masalah Uang sakunya tipis. Kantongnya selalu tebal. Ternyata yang
membuat dia kelimpungan sampai kering seperti itu adalah manajemen keuangan
sedang amberadul. Dan yang membuat dia merasa keki adalah ponsel bututnya. Dia
malu kepada teman-temannya yang semuanya anak orang tajir. Dia merasa dijauhi.
Padahal, dia sendiri yang menjauh dari mereka.
“wah, ponsel temen-teman aku pada bagus-bagus bangat,
semuanya berlevel high end. Berfitur canggih, kamera, flash, media player, memori
besar, komplet. Sedangkan aku ponsel butut, Fiturnya itu-itu ajh. Apalagi,
baterainya yang sering drop. Pantesnya nih Ponsel masuk ke museum.” Ucap Mimo
didalam hati sambil melihat Ponselnya yang butut
Ironis sekali. Mimo anak orang berada yang
levelnya menengah ke atas. Dua mobil mewah selalu menghiasi garasi rumahnya
yang megah bak keraton itu. Tapi, giliran urusan ponsel, dia tidak ada
apa-apanya dibanding teman-teman. Setelah Pulang sekolah Mimo komplain kepada
papanya perihal ponsel butut itu. Dia meminta dibelikan ponsel baru. Tetapi,
papanya selalu menolak.
“Papa, Mimo minta beliin ponsel baru dong ?.” Ucap Mimo dengan
penuh harapan
“Buat apa kamu ingin ponsel baru? Kan yang itu masih bisa
digunakan,” Kata Papanya.
“Soalnya Mimo malu sama teman-teman Mimo, Pa . Teman-teman
Mimo semuanya punya ponsel yang berlevel high end, sedangkan Mimo ponsel
butut.” Jawab Mimo
“Lagian, kamu masih SMA. Yang penting masih bisa telepon dan
SMS. Sebaiknya, sisihkan sedikit uang jajan kamu. Papa memberi uang jajan lebih
dari cukup,” Ucap Papa
“Papa janji akan membelikan kamu ponsel baru, tetapi dengan
satu syarat. Kamu harus peringkat satu di kelas atau minimal tiga besar.”
Lanjut ucap Papa.
“Ah, Papa payah !! Tega banget sama anak sendiri !!.” sergah
Mimo sambil pergi ke kamarnya di lantai atas.
Mimo kesal sekali. Dia terlihat begitu
menderita. Harus masuk tiga besar nilai terbaik di kelas, itu alamat kalau dia
tidak bakalan mempunyai ponsel baru. Kalau sudah begini, Mimo membenamkan diri
dalam-dalam : di bawah bantal dan selimut yang tebal. Inilah nilai plus Mimo.
Meskipun anak orang kaya, dia termasuk anak yang jinak. Tak suka hura-hura.
Kalau lagi suntuk begini, dia lebih suka menyendiri di kamar.
“Tit... Tit... Tit...” Tengah malam ponsel
Mimo berdering. Dia terkejut oleh vibrasinya. Meski butut, tanda getarnya masih
berfungsi baik. Dengan masih setengah tidur, dia mengambil ponsel yang ternyata
tertindih badan itu. Layarnya yang berwarna kuning pudar itu menyala.
“Tak ada pesan ataupun missed call. Aneh !!” Kata Mimo sambil
melihat ponselnya
"Lalu, kenapa bordering ? Apa aku bermimpi ?” Lanjut
pikir Mimo sambil mengucek-kucek mata.
Mimo kembali pelototi ponselnya. Kali ini
dengan kesadaran penuh. Tapi, masih dengan posisi telentang. Benar, memang tak
ada pesan diterima ataupun missed call. Tetapi, dia menemukan suatu hal aneh.
Ada tulisan terpampang di layar ponsel. Jelas itu bukan pesan dari teman.
Sebab, tulisan itu terletak di standby mode. Dia yakin tulisan itulah yang
membuat ponselnya berdering. Welcome to your new phone system! Begitulah
tulisan itu tereja. Ukuran font-nya kecil, tercetak miring dengan model huruf
digital. Persis seperti model huruf pada kalkulator, tapi lebih kecil.
“Wah !! Apaan nih, kok cuman ada tulisan Welcome to your new
phone system !. maksudnya apaan yah ?” Kata Mimo melihat ponselnya dengan heran
dan aneh.
Belum hilang rasa heran, tangan Mimo serasa
tertarik menekan tombol option. “Tuts,” terdengar ibu jarinya menekan tombol.
Tiba-tiba TV berukuran home theater di hadapannya menyala. Menyuguhkan film
action yang dibintangi Jean Claude van Damme. Dia terkejut sehingga yang tadi
telentang sekarang menjadi terduduk. terlihat tulisan di ponsel berubah. Namun,
tetap dengan ukuran font dan huruf seperti tadi. Congratulations!
"Apa lagi ini?" tanpa sadar mulutnya bergumam
sendiri.
“Wah !! Kok ada
tulisan lagi nih, gw jadi heran nih sama ponsel ini ?” Lanjut Mimo melongo
ponselnya dengan rasa terkejut dan heran.
"Mengapa TV menyala
sendiri, kok merasa terbang di dunia lain. Apakah ini gara-gara gw menekan
salah satu tombol yang ada di ponsel ini ?, terus apaan nih tiba-tiba muncul
tulisan lagi nih. New Phone System, maksudnya apaan ya?”. Ucap Mimo
bertanya-tanya dalam hati sambil memagang ponselnya
Mimo masih belum tahu jawabannya. Tapi, dia
semakin tertarik untuk menekan tombol-tombol di ponselnya. Dia mencoba menekan
angka 2 pada tombol yang ada di ponselnya. “Tuts”. Benar, tiba-tiba channel
TV-nya berubah menjadi channel 2 yang menampilkan acara sepak bola.
“Coba akh tekan angka 2 yang ada di tombol ponsel !! mungkin
ada reaksi yang keluar dari ponselnya ?”, Kata Mimo
“Wahh, channelnya kok ganti jadi acara sepak bola !! Canggih
juga nih ponsel bisa jadi remote TV.” Lanjut Mimo dengan heran dan terkejut.
Mimo biarkan TV menyala. Rasa penasarannya
begitu besar. Iseng-iseng Mimo kembali menekan tombol options. Kali ini
diarahkan ke AC yang terpasang di dinding tepat di atas TV. AC seketika menyala
dan menyemburkan udara dingin ke seluruh ruang. Mimo semakin bersemangat. Tape
recorder besar berukuran 900 watt pun tak luput dari eksperimen dadakannya.
Diputarnya tape itu keras-keras dengan lagu-lagu beraliran rock kesukaannya.
“Tombol option ini buat apaan yah ? Coba akh gw arahin ke AC,
siapa tau nyala ?.” Ucap Mimo dengan penasaran sambil memegang ponsel bututnya.
“Wihh, AC nya nyala. Dengerin Lagu Rock kesukaan gw akh?”
Kata Mimo sambil menekan tombol yang ada di Ponselnya dan diarahkan ke Tape
Recorder.
Mimo menyeringai puas. Tapi, itu belum
cukup. Dia masih bersemangat untuk mencoba. Bukan hanya barang-barang
elektronik, tapi semua barang bisa dikendalikan. Kini giliran lampu belajar.
“Coba iseng-iseng nyalain lampu belajar?.” Kata
Mimo dengan menekan tombol yang ponselnya dengan mengarahkan ke lampu belajar.
"Tuts" Seketika lampu belajarnya
melayang, membentur tembok, dan hancur. Lampu gantung yang terkait di atas
kamar tidurnya mengalami hal serupa. Tapi, dengan modus berbeda. Bola kaki yang
dari tadi diam di atas lemari menjadi instrumen membombardir lampu gantung itu.
Sekali tekan tombol, bola kaki yang berada dalam jarak empat meter darinya itu
seketika bereaksi, sehingga akhirnya terbang menghantam lampu gantung hingga
hancur berantakan.
“Hahahahaha”
Mimo tertawa puas sambil memicingkan mata.
“akh, kok
jadi berantakan nih. Jadi ragu nih kalau di lanjutin lagi.” Kata Mimo dengan
ragu untuk melanjutkan aksinya
Akhirnya dia menyudahi petualangan gila itu.
Hasilnya sungguh luar biasa. Kamar luas nan mewah berukuran 6x5 meter itu
berhasil disulap menjadi laboratorium eksperimen. Beberapa barang menjadi
kelinci percobaan. Bekasnya berserakan di mana-mana. Lampu gantung, lampu
belajar, hancur berantakan di lantai. Kertas-kertas berserakan. AC, TV, dan
tape recorder masih menyala. Tapi, suaranya kacau. Kamar mewah itu kini tak
ubahnya seperti kapal pecah.